Untuk menghormati Mbah Kuwu Sangkan, Ki Panderesan menyediakan berbagai makanan, hingga tanpa disadari ayam yang sedang mengeram pun dipotong untuk dijadikan hidangan.
Ketika Mbah Kuwu Sangkan menikmati hidangan ayam yang sedang mengeram, dirinya hanya tersenyum dan mengembalikan ayam yang dihidangkan itu dihidupkan kembali.
Ketika akan kembali, Mbah Kuwu Sangkan mengajak Ki Panderesan ke Cirebon.
Baca Juga: Runtuhnya Kerajaan Galuh Pakuan Menjadi Asal Usul Desa Kamarang di Cirebon
Dalam perjalanan ke Cirebon, Pusaka Cis (tombak kecil) milik Mbah Kuwu Sangkan terjatuh ke sungai.
Para pengikut Mbah Kuwu Sangkan segera mengurug sungai dengan pasir atau keusik.
Setelah itu airnya ditimba atau diparak beramai - ramai hingga kering atau saat.
Namun saat air sudah kering, Pusaka Cis yang ditemukan hanya sarungnya saja.
Sungai tempat terjatuhnya Cis Mbah Kuwu Sangkan itu dikenal dengan nama Parakan Keusik, dan daerah sekitarnya disebut Desa Cisaat, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon hingga sekarang.***