Hilangnya Pusaka Mbah Kuwu Sangkan di Sungai, Menjadi Asal Usul Desa Cisaat

- 14 Juni 2022, 08:00 WIB
Kantor Desa Cisaat yang asal usulnya dari kehilangan pusaka Mbah Kuwu Sangkan
Kantor Desa Cisaat yang asal usulnya dari kehilangan pusaka Mbah Kuwu Sangkan /Fazriel Dhany/SaurSepuh.my.id

KLIK CIAYUMAJAKUNING - Pada abad XIV, sebuah wilayah yang disinggahi Ki Buyut Tresna menjadi asal usul Desa Cisaat. Wilayah Tresna merupakan pintu keluar masuknya para Ki Gedeng.

Sebutlah Ki Gedeng Palimanan dan Ki Gedeng Pasawahan, mereka gemar berburu rusa dan menikmati pemandangan pegunungan, selalu melewati wilayah yang menjadi asal usul Desa Cisaat.

Oleh karena wilayah itu sering dilewati pemburu, Ki Buyut Tresna dikenal dengan sebutan Ki Paderesan. Saat itulah, asal usul Desa Cisaat dimulai.

Ki Gedeng Pasawahan alias Ki Makeru yang gemar berburu, juga memusuhi Mbah Kuwu Sangkan di mana keduanya sama kuat, baik ketika bertempur di atas gunung maupun bertarung di atas air.

Baca Juga: Asal Usul Desa Cikijing, Berawal dari Kegagalan Pasukan Kesultanan Cirebon Islamkan Kerajaan Talaga Manggung

Dalam setiap pertarungan, Ki Makeru terkenal licik, sehingga Mbah Kuwu Sangkan tidak sungguh-sungguh meladeni setiap pertarungan.

Ki Makeru terkenal sakti mandraguna, memiliki berbagai ilmu hitam seperti ilmu meringankan tubuh, masuk lubang kecil, dan menipu jalasutra.

Sehingga setiap bertarung, Ki Makeru selalu menginginkan pertarungan dilakukan di atas gunung atau di atas air.

Mbah Kuwu Sangkan yang menjadi lawan abadi, akhirnya meladeni keinginan Ki Makeru.

Segala cara yang ditempuh Ki Makeru dengan mudah dipatahkan Mbah Kuwu Sangkan, namun Ki Makeru tetap tidak mau tunduk.

Baca Juga: Pengabdian Prajurit Pelarian dari Makassar, Menjadi Asal Usul Desa Bugis

Karena merasa dipermalukan Ki Makeru menghilang, tidak mau masuk agama islam.

Setelah melakukan pertempuran, Mbah Kuwu Sangkan bermaksud beristirahat sambil menikmati air pohon enau (lahang) kesukaannya di Ki Panderesan.

Sangat disayangkan, air lahang kesukaanya tidak ada sehingga Mbah Kuwu Sangkan kecewa dan berkata kepada Ki Panderesan untuk membacakan syahadat tiga kali setiap kali akan menyadap lahang.

Sekembalinya Mbah Kuwu Sangkan ke Cirebon, Ki Panderesan segera membuat lodong dari bambu untuk menyadap lahang.

Sebagaimana dipesankan Mbah Kuwu Sangkan, ketika akan memasang lodong Ki Panderesan tidak lupa membaca syahadat tiga kali.

Baca Juga: Lewat Sayembara Pembuatan Bedug, Asal Usul Desa Dompyong Terbentuk

Namun ajaib, ketika lodong diturunkan esok harinya, ternyata lodong itu tidak berisi air lahang melainkan emas dan intan.

Ki Panderesan sangat gembira dan berbahagia, kemudian dirinya memiliki nazar akan menjamu Mbah Kuwu Sangkan jika kembali lagi.

Untuk menghormati Mbah Kuwu Sangkan, Ki Panderesan menyediakan berbagai makanan, hingga tanpa disadari ayam yang sedang mengeram pun dipotong untuk dijadikan hidangan.

Ketika Mbah Kuwu Sangkan menikmati hidangan ayam yang sedang mengeram, dirinya hanya tersenyum dan mengembalikan ayam yang dihidangkan itu dihidupkan kembali.

Ketika akan kembali, Mbah Kuwu Sangkan mengajak Ki Panderesan ke Cirebon.

Baca Juga: Runtuhnya Kerajaan Galuh Pakuan Menjadi Asal Usul Desa Kamarang di Cirebon

Dalam perjalanan ke Cirebon, Pusaka Cis (tombak kecil) milik Mbah Kuwu Sangkan terjatuh ke sungai.

Para pengikut Mbah Kuwu Sangkan segera mengurug sungai dengan pasir atau keusik.

Setelah itu airnya ditimba atau diparak beramai - ramai hingga kering atau saat.

Namun saat air sudah kering, Pusaka Cis yang ditemukan hanya sarungnya saja.

Sungai tempat terjatuhnya Cis Mbah Kuwu Sangkan itu dikenal dengan nama Parakan Keusik, dan daerah sekitarnya disebut Desa Cisaat, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon hingga sekarang.***

Editor: Fazriel Dhany

Sumber: SaurSepuh.my.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah