Asal Usul Desa Hulubanteng, Kepala Hewan Penjaga Istana yang Ditebas Syeh Magelung Sakti

- 18 Juni 2022, 07:00 WIB
Kantor Desa Hulubanteng, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Kantor Desa Hulubanteng, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. /YouTube Kang Odoy Channel

KLIK CIAYUMAJKUNING - Asal Usul Desa Hulubanteng tidak terjadi secara mandiri, sejarah desa tersebut terkait dengan usaha Kesultanan Cirebon dalam menaklukan Kerajaan Rajagaluh.

Sejarah mengatakan, di tengah usaha menaklukan Kerajaan Rajagaluh itulah, asal usul Desa Hulubanteng akhirnya terbentuk.

Asal Usul Desa Hulubanteng berawal dari hewan penjaga kerajaan yang ditebas Syeh Magelung Sakti saat akan mencelakai Nyi Mas Gandasari.

Menurut sejarah, asal usul Desa Hulubanteng berawal ketika Kesultanan Cirebon yang dipimpin Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati mendapat perlawanan dari Kerajaan Rajagaluh yang dipimpin Prabu Cakraningrat.

Baca Juga: Asal Usul Desa Watu Belah Cirebon, Batu Persembunyian Ki Patih Manik yang Terbelah Dua

Prabu Cakraningrat adalah seorang raja yang terkenal digjaya sakti mandraguna. Agama yang dianutnya adalah Hindu, sesuai dengan leluhur mereka Prabu Siliwangi.

Syeh Syarif Hidayatullah melihat tidak akan mampu menaklukan Kerajaan Rajagaluh kecuali dengan taktik yang halus.

Oleh karena itu, mengutus tiga orang utusan yakni Syeh Magelung Sakti, Pangeran Santri, Pangeran Dogol serta ratusan prajurit.

Para utusan Syeh Syarif Hidayatullah kemudian berhenti di tepian kota Rajagaluh, membuat perlindungan. Tempat tersebut berada di sekitar Desa Mindi yang sekarang dikenal dengan Hutan Tenjo.

Pada saat bersamaan Syeh Syarif Hidayatullah mengutus pula Nyi Mas Gandasari dengan tugas untuk menggoda Prabu Cakraningrat.

Baca Juga: Hilangnya Pusaka Mbah Kuwu Sangkan di Sungai, Menjadi Asal Usul Desa Cisaat

Tugas yang diberikan kepada Nyi Mas Gandasari agar dapat melarikan Jimat Bokor Mas (Kandaga Mas) sebagai jimat andalan kesaktian Prabu Cakraningrat.

Dalam usaha mendekati Prabu Cakraningrat, Nyi Mas Gandasari menyamar menjadi pengemis hingga menjadi penari ronggeng terkenal.

Gerak-gerik penyamaran Nyi Mas Gandasari tidak terlepas dari pengawasan dan Pengintaian Syeh Magelung Sakti dan rombongan.

Ketenaran Nyi Mas Gandasari menjadi ronggeng begitu cepat meluas, hingga sampai ke telinga Prabu Cakraningrat.

Hingga akhirnya, Nyi Mas Gandasari diundang ke istana, penampilannya di istana ternyata memikat birahi Sang Prabu.

Sang Prabu mengajak Nyi Ronggeng masuk ke istana bahkan sampai mengajak tidur bersama.

Nyi Ronggeng awalnya menolak, namun akhirnya mengabulkan ajakan untuk tidur bersama asal dengan syarat.

Baca Juga: Asal Usul Desa Bedulan Cirebon, Tempat Persinggahan Prajurit Demak yang Menjadi Pedukuhan

Prabu Cakraningrat terlebih dahulu dapat memperlihatkan jimat andalannya yaitu Bokor Mas.

Syarat tersebut disetujui oleh Sang Prabu, maka diperlihatkanlah jimat yang dimaksud.

Pada saat itu Sang Prabu ingin buang air kecil, maka kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Nyi Ronggeng untuk membawa kabur Bokor Mas.

Di luar Nyi Mas Gandasari dihadang oleh seekor banteng besar penjaga istana, namun dengan kesaktiannya ia dapat lolos dari amukan banteng tersebut.

Kejadian tersebut terlihat oleh pasukan Syeh Magelung Sakti, banteng besar itu ditebas hingga putus lehernya.

Kendatipun kepalanya sudah terpisah, namun kepala banteng tersebut masih bisa mengamuk menyeruduk membabi buta, hingga akhirnya ditendang oleh Syeh Magelung Sakti.

Baca Juga: Asal Usul Desa Cikijing, Berawal dari Kegagalan Pasukan Kesultanan Cirebon Islamkan Kerajaan Talaga Manggung

Kepala banteng tersebut melayang dan jatuh di daerah Ciledug yang sekarang dikenal sebagai Desa Hulubanteng.

Sedangkan badannya lari ke arah Utara sampai akhirnya terjerembab ke sebuah sungai yang sekarang dikenal sebagai Desa Leuwimunding.

Dikutip dari kanal Youtube Kang Odoy Channel, dalam kehidupan sehari-hari, penduduk Desa Hulubanteng banyak yang menguasai bahasa jawa halus yang biasa disebut Jawa Inggil atau Bahasa Jawa Kromo.

Kemampuan berbahasa jawa halus tersebut, diperoleh dari seorang tokoh Kerajaan Mataram yang menetap di Desa Hulubanteng.

Pada awalnya, tokoh tersebut tidak bermaksud menetap dan mengajarkan bahasa jawa halus kepada penduduk Desa Hulubanteng.

Baca Juga: Pengabdian Prajurit Pelarian dari Makassar, Menjadi Asal Usul Desa Bugis

Karena dirinya sedang dalam perjalanan menuju Keraton Kasepuhan, tetapi hari keburu sore dan menginap di Desa Hulubanteng, hingga akhirnya menetap.

Tokoh tersebut mengajarkan bahasa Jawa Inggil atau Bahasa Jawa Kromo kepada penduduk setempat.

Oleh karena itu, banyak penduduk asli Desa Hulubanteng, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Cirebon yang memahami Bahasa Jowo Inggil atau Bahasa Jawa Kromo.

Selain itu, di Desa Hulubanteng, juga terdapat sebuah tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.

Tempat tersebut dinamakan Kedung Oleng, yang berupa bangunan berbentuk sumur galian.

Baca Juga: Lewat Sayembara Pembuatan Bedug, Asal Usul Desa Dompyong Terbentuk

Selain itu, tempat lain yang dikeramatkan oleh penduduk Desa Hulubanteng adalah Makam Ki Buyut Kamsidin.

Dua tempat keramat tersebut, akan ramai dikunjungi warga terutama menjelang pemilihan kuwu atau kepala desa.

Banyak diantara para calon kuwu akan mendatangi dua tempat keramat itu untuk meminta berkah, tentunya selain berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Dalam tayangan video juga disebutkan, jika meminta berkah dari tempat keramat adalah hal yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Tetapi maksud meminta berkah di sini adalah, cara masyarakat untuk menjaga adat dan budaya setempat terhadap tempat-tempat bersejarah.***

Editor: Fazriel Dhany

Sumber: YouTube Kang Odoy Channel


Tags

Terkait

Terkini