Karena usia mereka yang masih kecil, Prabu Siliwangi tidak mengizinkan keduanya untuk pergi, dan meminta untuk menunggu hingga usia mereka dewasa.
Rasa penasaran terus mengganggu pikiran kedua anak tersebut yang akhirnya, keduanya sepakat untuk pergi secara diam-diam.
Sambil menunggu waktu yang pas, berangkatlah mereka berdua meninggalkan keraton menuju ke arah Timur.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang mereka tiba di sebuah hutan belantara di kaki Gunung Syawal, di tempat tersebut keduanya berhenti untuk beristirahat.
Ketika mencari sumber air kedua anak tersebut menemukan sebuah pendil di atas sebuah batu besar.
Baca Juga: Lolos dari Wabah Mematikan, Nyi Mas Gandasari Ditempa Ilmu Kesaktian di Cirebon
Tanpa diketahui keduanya, pendil yang mereka temukan adalah wadah yang dijadikan tempat ari-ari mereka ketika lahir.
Pendil yang mereka temukan berisi air, disaat bersamaan Bongbang Larang merasa sangat kehausan kemudian langsung meminumnya.
Namun secara ajaib, saat Bongbang Larang hendak meminumnya, kepala pendil tersebut tiba-tiba membesar dan mencaplok kepalanya hingga tidak bisa dilepas.
Bongbang Kancana yang kebingungan, kemudian menuntun sang kakak untuk mencari pertolongan, mereka berjalan terus ke arah Timur hingga bertemu seorang kakek bernama Aki Ganjar.