Asal Usul Desa Bedulan Cirebon, Tempat Persinggahan Prajurit Demak yang Menjadi Pedukuhan

- 14 Juni 2022, 06:00 WIB
Asal usul Desa Bedulan dan pasukan Demak.
Asal usul Desa Bedulan dan pasukan Demak. /Tangkapan Layar Video/

KLIK CIAYUMAJAKUNING - Asal usul Desa Bedulan berawal dari hutan rimba yang dibuka untuk tempat persinggahan pasukan Demak, namun kemudian berubah menjadi pedukuhan.

Disebutkan, pada zaman itu, Pasukan Demak berniat menyerang tentara Portugis yang menguasi Sunda Kelapa namun dalam perjalanan singgah di sebuah daerah di Cirebon utara yang menjadi asal usul Desa Bedulan.

Terbentuknya asal usul Desa Bedulan, juga diawali dengan pertarungan dua orang yang memiliki ilmu tinggi dibawah pemerintahan Kesultanan Cirebon.

Asal susul Desa Bedulan berawal pada tahun 1556 yang saat itu tanah bedulan masih merupakan hutan rimba yang tak berpenghuni.

Baca Juga: Asal Usul Desa Cikijing, Berawal dari Kegagalan Pasukan Kesultanan Cirebon Islamkan Kerajaan Talaga Manggung

Di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon yang saat itu diperintah oleh Sunan Gunung Jati, merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.

Sehingga Kesultanan Cirebon membina hubungan diplomatik dengan Demak yang saat itu merupakan kerajaaan terbesar di tanah Jawa.

Sejarah berawal, saat direbutnya wilayah Jakarta atau saat itu bernama Sunda Kelapa oleh Portugis pada tahun 1561 Masehi.

Kerajaan Demak yang saat itu diperintah oleh Raden Patah sangat khawatir dengan keberadaan Portugis.

Baca Juga: Pengabdian Prajurit Pelarian dari Makassar, Menjadi Asal Usul Desa Bugis

Kemudian memerintahkan seorang panglimanya yang bernama Fatahilah dengan sekitar 30.000 tentara kerajaan, untuk mengusir Portugis dari tanah Sunda Kelapa.

Mendengar rencana tersebut, pihak Kesultanan Cirebon menawarkan bantuan kepada pihak Demak tempat persinggahan.

Karena Kesultanan Cirebon juga menilai, keberadaan Portugis juga bisa mengancam keberadaan Cirebon.

Untuk mempersiapkan lahan persinggahan, pada tahun 1562 Kesultanan Cirebon mengutus panglima wanitanya yang bernama Nyi Mas Baduran.

Baca Juga: Lewat Sayembara Pembuatan Bedug, Asal Usul Desa Dompyong Terbentuk

Dengan izin Mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Walang Sungsang, Nyi Mas Baduran dipersilahkan menebang hutan rimba yang tak bertuan.

Lokasinya terletak di sebelah utara Pelabuhan Muara Jati atau yang sekarang Wilayah Celangcang.

Sebelum berangkat, Nyi Mas Baduran dibekali selendang sakti oleh Mbah Kuwu Cirebon.

Selendang tersebut akan sangat berguna dalam melaksanakan tugasnya untuk membuka lahan hutan tersebut.

Sesampainya di lokasi, Nyi Mas Baduran seorang diri menebang pohon dan mengumpulkan rerumputan kering.

Baca Juga: Runtuhnya Kerajaan Galuh Pakuan Menjadi Asal Usul Desa Kamarang di Cirebon

Membuka hutan seorang diri untuk dijadikan persinggahan pasukan Demak, cukup melelahkan Nyi Mas Baduran.

Sehingga dirinya berinisiatif untuk membakar hutan ilalang, ketika rumput ilalang terbakar, asap membumbung ke angkasa.

Kemudian Nyi Mas Baduran mengibaskan selendangnya ke bara api agar api cepat merambat.

Sambil berucap, dimana bara api tersebut terjatuh, maka tempat tersebut adalah tanah Baduran.

Setelah semua terbakar dan padam, Nyi Mas Baduran kemudian berkeliling untuk memastikan batas-batas wilayahnya dan akhirnya bara tersebut jatuh sampai wilayah Desa Bojong dan batas Desa Bakung.

Baca Juga: Asal Usul Desa Siluman Subang, Keajaiban Sungai Ciciluman di Masa Penjajahan

Namun penguasa Desa Bakung yang saat itu Kigede Bakung merasa tersinggung, Nyi Mas Baduran disebutnya telah berusaha merampas tanahnya.

Sehingga terjadi perkelahian antara Ki Gede Bakung dengan Nyi Mas Baduran.

Perkelahian Ki Gede Bakung dengan Nyi Mas Baduran, konon berlangsung hingga berminggu-minggu.

Perkelahian keduanya cukup menguras tenaga, sampai pada saat itu Ki Gede Bakung merasa kalah dan mundur.

Namun ada tanaman labu hitam yang tersangkut di kaki Nyi Mas Baduran sehingga terjatuh.

Melihat peluang itu, Ki Gede Bakung menghunuskan kerisnya sehingga Nyi Mas Baduran terluka, tetapi di saat bersamaan, Nyi Mas Baduran juga sempat menusukan kerisnya ke tubuh Ki Gede Bakung.

Baca Juga: Asal Usul Desa Japara Kuningan, Berawal dari Tragedi Pemenggalan Santri asal Jepara, Jawa Tengah

Akibatnya tusukan itu, Ki Gede Bakung tewas di tempat, begitu pun dengan Nyi Mas Baduran yang terluka, menyusul kemudian.

Tetapi sebelum ajalnya, Nyi Mas Baduran sempat berpesan kepada anak cucu, agar kelak jangan menanam pohon labu hitam di tanah Bedulan.

Pesan tersebut dipatuhi hingga sekarang, masyarakat Bedulan tidak ada yang berani menanamnya.

Mendengar kabar Nyi Mas Baduran tewas, pihak Kesultanan Cirebon menyayangkan hal tersebut.

Kemudian diutuslah putri dari Nyi Mas Baduran sendiri yang bernama Nyi Mas Pulung Ayu didampingi Pangeran Jaya Lelana untuk menguburkannya secara layak.

Tugas mempersiapkan sebuah padukuhan sebagai persinggahan pasukan Demak yang akan tiba, dilanjutkan oleh mereka berdua.

Baca Juga: Tanah Leluhur: Larangan Modernisasi dan Mandi Tengah Hari di Wilayah Suku Baduy

Setelah selesai, Nyi Mas Pulung Ayu memutuskan untuk tinggal di daerah Baduran untuk meneruskan dan merawat kuburan dari sang ibunya.

Pada tahun 1563, datanglah tentara Demak yang dipimpin Fatahilah, melakukan penyerangan terhadap Portugis di Sunda Kelapa yang saat itu sudah berubah nama Republik Batavia.

Kemudian Republik Batavia berganti nama menjadi Jaya Karta yang artinya Kota Kemenangan, dan sekarang dikenal dengan nama Jakarta.

Setelah menaklukan Batavia, banyak dari tentara Demak yang memilih untuk tinggal di padukuhan Baduran.

Tempat yang awalnya persinggahan, akhinya menjadi sebuah pedukuhan yang ramai akan penduduknya.

Dan pada tahun 1565, Baduran resmi menjadi sebuah desa yang dikepalai oleh seorang Kuwu bernama Kuwu Wertu.

Baca Juga: Tanah Leluhur: Anti Teknologi, Kampung Benda Kerep Argasunya Ramai Sambut Maulid Nabi

Kemudian pada tahun 1576, Desa Baduran dinaikkan statusnya menjadi pedemangan dengan seorang Demang Pangeran Jaya Lelana menjadi Demang yang bergelar Adipati Suranenggala.

Tahun 1782, Kesultanan Cirebon sudah sedikit dikuasai oleh pihak Belanda dengan Jendral Van Hotman sebagai Ajudan dari Dengles.

Jendral Van Hotman kemudian, memerintahkan agar pademangan Baduran dihilangkan dan diambil alih kekuasaannya oleh Residen Cirebon yang bermarkas di Kerucuk sekarang.

Dan tanah Baduran dibagi menjadi 2, Karang Reja, dan tanah Baduran.

Nama Baduran berganti menjadi Bedulan menggunakan logat Belanda dan Bedulan menjadi Desa kembali.

Baca Juga: Sejak Kapan 1 Juni Menjadi Hari Lahirnya Pancasila? Berikut Sejarahnya

Kemudian pada tahun 1952, Bedulan dipecah menjadi 2 bagian yaitu Desa Suranenggala Kidul atau Bedulan Kidul dan Suranenggala Lor atau Bedulan lor.

Kemudian pada tahun 1982 Bedulan Lor dipecah kembali menjadi 2 desa, yaitu Suranenggala Lor dan Suranenggala dan Bedulan Kidul dipecah menjadi 2 desa pula, yaitu Desa Suranenggala Kidul dan Suranenggala Kulon.

Dan menurut Perda no 17/02/12/tahun 2006 Suranenggala dijadikan nama kecamatan secara resmi.***

Editor: Fazriel Dhany

Sumber: SaurSepuh.my.id


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah