Tugas mempersiapkan sebuah padukuhan sebagai persinggahan pasukan Demak yang akan tiba, dilanjutkan oleh mereka berdua.
Baca Juga: Tanah Leluhur: Larangan Modernisasi dan Mandi Tengah Hari di Wilayah Suku Baduy
Setelah selesai, Nyi Mas Pulung Ayu memutuskan untuk tinggal di daerah Baduran untuk meneruskan dan merawat kuburan dari sang ibunya.
Pada tahun 1563, datanglah tentara Demak yang dipimpin Fatahilah, melakukan penyerangan terhadap Portugis di Sunda Kelapa yang saat itu sudah berubah nama Republik Batavia.
Kemudian Republik Batavia berganti nama menjadi Jaya Karta yang artinya Kota Kemenangan, dan sekarang dikenal dengan nama Jakarta.
Setelah menaklukan Batavia, banyak dari tentara Demak yang memilih untuk tinggal di padukuhan Baduran.
Tempat yang awalnya persinggahan, akhinya menjadi sebuah pedukuhan yang ramai akan penduduknya.
Dan pada tahun 1565, Baduran resmi menjadi sebuah desa yang dikepalai oleh seorang Kuwu bernama Kuwu Wertu.
Baca Juga: Tanah Leluhur: Anti Teknologi, Kampung Benda Kerep Argasunya Ramai Sambut Maulid Nabi
Kemudian pada tahun 1576, Desa Baduran dinaikkan statusnya menjadi pedemangan dengan seorang Demang Pangeran Jaya Lelana menjadi Demang yang bergelar Adipati Suranenggala.