Korea Utara Gunakan Penghilang Rasa Sakit untuk Vaksin Covid-19

- 18 Mei 2022, 20:30 WIB
PBB buka suara terkait pandemi Covid-19 yang mulai melanda Korea Utara, tawarkan bantuan termasuk vaksinasi.
PBB buka suara terkait pandemi Covid-19 yang mulai melanda Korea Utara, tawarkan bantuan termasuk vaksinasi. /KCNA via REUTERS.

KLIKCIAYUMAJAKUNING – Ada yang unik dalam memberikan vaksin Covid-19 di Korea Utara. Di Korea Utara, untuk mencegah Covid-19, bukan dengan vaksin.

Media pemerintah Korea Utara mendorong para penderita Covid-19 untuk menggunakan obat penghilang rasa sakit dan penurun demam seperti ibuprofen, amoksisilin, dan antibiotik lainnya.

Media di Korea Utara juga merekomendasikan pasien untuk menggunakan ramuan rumahan seperti berkumur air garam, minum teh lonicera japonica atau teh daun willow.

"Perawatan tradisional adalah yang terbaik!" kata seorang perempuan kepada media, dikutip website WHO.

Baca Juga: Jelang Final Liga Champions Melawan Real Madrid, Liverpool Ketar-ketir

Seorang lansia di Pyongyang mengatakan dia telah dibantu oleh teh jahe dan keberadaan ventilasi kamarnya.

"Saya awalnya takut dengan covid, tetapi setelah mengikuti saran dokter dan mendapatkan perawatan yang tepat, ternyata bukan masalah besar," ujar dia.

Korea Utara adalah satu dari dua negara yang belum memulai vaksinasi Covid-19 dan hingga pekan lalu bersikeras bahwa negaranya bebas virus Corona.

Saat ini, dengan para petugas kesehatan memakai hazmat dan masker, Korut memobilisasi pasukan termasuk tentara dan kampanye informasi publik untuk memerangi apa yang diakui pihak berwenang sebagai "ledakan" wabah.

Baca Juga: Eki Febri, Atlet Asal Kuningan Peraih Medali Emas SEA Games 2022 Vietnam Akui Sempat Shock Sebelum Bertanding

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Masyarakat Kim Hyong Hun mengatakan negara itu telah beralih dari karantina ke sistem perawatan untuk menangani ratusan ribu kasus dugaan "demam" yang dilaporkan setiap hari.

Ketika kantor berita negara KCNA melaporkan 392.920 kasus demam dan delapan kematian di Korut pada Minggu, pemimpin Kim Jong Un memerintahkan korps medis tentara untuk membantu menstabilkan pasokan obat. Terutama di Pyongnyang, yang tampaknya menjadi pusat wabah.

KCNA melaporkan penghitungan kumulatif penderita demam mencapai 1.213.550 orang dengan 50 kematian, tetapi tidak mengatakan berapa banyak infeksi yang dicurigai telah dites positif Covid.

Pihak berwenang mengatakan sebagian besar kematian disebabkan oleh orang-orang yang "ceroboh dalam mengonsumsi obat-obatan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman" tentang varian Omicron dan metode pengobatan yang benar.

Baca Juga: Majalengka Raih Predikat Opini Wajar Tanpa Pengecualian ke 9 Kalinya Secara Berturut-turut

Organisasi Kesehatan Dunia telah mengirimkan beberapa peralatan kesehatan dan persediaan lainnya ke Korut, tetapi belum mengatakan rincian obatnya. Negara tetangga China dan Korea Selatan juga menawarkan untuk mengirim bantuan jika Pyongyang meminta.

Meskipun tidak mengklaim bahwa antibiotik dan pengobatan rumahan akan menghilangkan Covid, Korut memiliki sejarah panjang dalam mengembangkan pengobatan yang belum terbukti secara ilmiah, termasuk suntikan yang terbuat dari ginseng yang ditanam dalam unsur tanah jarang yang diklaim dapat menyembuhkan segala penyakit mulai dari AIDS hingga impotensi.

Beberapa berasal dari obat-obatan tradisional, sementara yang lain telah dikembangkan untuk mengimbangi kekurangan obat-obatan modern atau sebagai ekspor "buatan Korea Utara".

Meskipun sejumlah besar dokter terlatih dan pengalaman memobilisasi untuk keadaan darurat kesehatan, sistem medis Korut sangat kekurangan sumber daya, kata para ahli.

Baca Juga: Majalengka Raih Predikat Opini Wajar Tanpa Pengecualian ke 9 Kalinya Secara Berturut-turut

Dalam sebuah laporan bulan Maret, seorang penyelidik hak asasi manusia independen Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dia terganggu oleh "kurangnya investasi dalam infrastruktur, tenaga medis, peralatan dan obat-obatan, pasokan listrik yang tidak teratur, serta fasilitas air dan sanitasi yang tidak memadai".

Kim Myeong-Hee (40) yang meninggalkan Korut ke Korsel pada 2003, mengatakan kekurangan seperti itu membuat banyak warga Utara bergantung pada pengobatan rumahan.

"Bahkan kalau kita ke rumah sakit, sebenarnya tidak ada obat-obatan. Listrik juga tidak ada sehingga peralatan medis tidak bisa digunakan," kata dia.

Ketika dia mengidap hepatitis akut, dia berkata bahwa dia diberitahu untuk meminum minari, peterseli air yang dipopulerkan oleh film 2020 dengan nama yang sama, setiap hari dan makan cacing tanah ketika terkena penyakit lain yang tidak diketahui.***

 

 

 

Editor: Bandhunir Bagas


Tags

Terkini