Mereka semua memiliki ketertarikan untuk mempelajari ajaran agama Islam, sehingga memutuskan meninggalkan Gunung Marapi untuk mencari guru.
Baca Juga: Nelayan Cirebon Temukan Peledak Era Perang Kemerdekaan, Ternyata Ini Kisah Sejarahnya
Kemudian, mereka sampailah di Dukuh Pasambangan, tempat Syeh Nurjati tinggal, mereka kemudian mendalami ajaran agama Islam kepada beliau.
Setelah dirasa cukup menimba ilmu kepada Syeh Nurjati, singkat cerita Ki Danuarsih berpamitan untuk melanjutkan pengembaraan.
Sementara itu Ki Danusela dan Raden Walang Sungsang diperintahkan oleh Syeh Nurjati untuk membuka hutan di sebelah selatan Dukuh Pasambangan.
Hutan yang sudah dibuka tersebut, kemudian diberi nama Kebon Pesisir (Sekarang wilayah Lemah Wungkuk).
Sejak saat itu, Ki Danusela diberi julukan Ki Gedhe Alang-alang yang selanjutnya menjadi Kuwu pertama di Desa Caruban (Cirebon).
Baca Juga: Tanah Leluhur: Larangan Modernisasi dan Mandi Tengah Hari di Wilayah Suku Baduy
Lain cerita, Ki Danuarsih yang melanjutkan pengembaraan, sampailah di suatu bukit yang dianggap cocok untuk bertapa.
Usai melakukan tapa, Ki Danuarsih menemukan pohon sejenis gadung dan ternyata setelah digali terdapat sebuah bagang yaitu gong kecil atau bareng.