Legenda Maung Panjalu (1), Jelmaan Cucu Kembar Prabu Siliwangi yang Berkelana Mencari Ayahnya

5 Agustus 2022, 19:47 WIB
Maung Panjalu yang merupakan jelmaan dari cucu kembar Prabu Siliwangi /

KLIK CIAYUMAJAKUNING - Legenda Maung Panjalu cukup terkenal di Masyarakat Sunda khususnya warga Panjalu, Ciamis. Menurut cerita, Maung Panjalu merupakan jelmaan dari cucu kembar Prabu Siliwangi.

Akibat melanggar larangan, dua cucu kembar Prabu Siliwangi berubah menjadi harimau atau maung dalam bahasa Sunda.

Hingga suatu saat, dua maung tersebut diselamatkan oleh Raja Panjalu sehingga mereka berjanji akan melindungi warga Panjalu.

Berikut ini perjalanan Maung Panjalu sehingga memiliki ikatan dengan warga Panjalu.

Dikisahkan, seorang putri dari Kerajaan Pajajaran bernama Dwi Sucilarang dipinang oleh seorang pangeran dari Majapahit yang bernama Pangeran Gajah Wulung, yang merupakan putra dari Prabu Brawijaya.

Baca Juga: Prabu Siliwangi Penguasa Tanah Jawa dan Kisah Pertempuran dengan Macan Putih

Setelah menikah sang putri kemudian diboyong ke Majapahit oleh suaminya untuk tinggal bersama di sana.

Beberapa waktu kemudian, Dwi Sucilarang mengandung namun dirinya tidak kerasan untuk tinggal di Majapahit.

Ketika kandungannya mendekati usia melahiran, Dwi Sucilarang meminta izin kepada suaminya untuk melahirkan di tanah kelahirannya di Pajajaran.

Keinginan istrinya untuk melahirkan di tanah kelahirannya, diretui Pangeran Gajah Wulung, maka diperintahkanlah pasukan untuk mengantarkannya ke Kerajaan Pajajaran.

Dalam perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, rombongan memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di kawasan Hutan Panumbangan yang pada saat itu masih wilayah Kerajaan Panjalu.

Baca Juga: Sayembara Kesombongan Nyi Mas Gandasari, Luluh di Tangan Syekh Magelung Sakti

Di sebuah tempat, rombongan memutuskan untuk mendirikan tenda, tidak lama kemudian di tempat tersebut, sang putri melahirkan sepasang anak kembar.

Kedua bayi kembar itu lahir dengan selamat berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Bayi laki-laki dinamakan Bongbang Larang dan yang perempuan dinamakan Bongbang Kancana.

Setelah persalinan selesai, ari-ari kedua bayi kembar dimasukkan ke dalam sebuah pendil tanah liat dan di letakkan di atas sebuah batu besar

Beberapa hari kemudian, rombongan kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai di Keraton Pajajaran yang merupakan tempat kakek dari kedua anak kembar yang bernama Prabu Siliwangi.

Kedua anak kembar tersebut tumbuh di Keraton Pajajaran, namun semakin beranjak remaja ada perasaan yang terus mengganggu pikiran mereka, yaitu keinginan untuk bertemu dengan sang ayah di Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Tusukan Keris Pangeran Alit di Leher, Pangeran Cakraningrat I Gugur di Alun-Alun Mataram

Karena usia mereka yang masih kecil, Prabu Siliwangi tidak mengizinkan keduanya untuk pergi, dan meminta untuk menunggu hingga usia mereka dewasa.

Rasa penasaran terus mengganggu pikiran kedua anak tersebut yang akhirnya, keduanya sepakat untuk pergi secara diam-diam.

Sambil menunggu waktu yang pas, berangkatlah mereka berdua meninggalkan keraton menuju ke arah Timur.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang mereka tiba di sebuah hutan belantara di kaki Gunung Syawal, di tempat tersebut keduanya berhenti untuk beristirahat.

Ketika mencari sumber air kedua anak tersebut menemukan sebuah pendil di atas sebuah batu besar.

Baca Juga: Lolos dari Wabah Mematikan, Nyi Mas Gandasari Ditempa Ilmu Kesaktian di Cirebon

Tanpa diketahui keduanya, pendil yang mereka temukan adalah wadah yang dijadikan tempat ari-ari mereka ketika lahir.

Pendil yang mereka temukan berisi air, disaat bersamaan Bongbang Larang merasa sangat kehausan kemudian langsung meminumnya.

Namun secara ajaib, saat Bongbang Larang hendak meminumnya, kepala pendil tersebut tiba-tiba membesar dan mencaplok kepalanya hingga tidak bisa dilepas.

Bongbang Kancana yang kebingungan, kemudian menuntun sang kakak untuk mencari pertolongan, mereka berjalan terus ke arah Timur hingga bertemu seorang kakek bernama Aki Ganjar.

Baca Juga: Pangeran Cakraningrat I, Raja Madura yang Menjadi Panglima Perang Mataram

Kakek tersebut menyarankan keduanya untuk menemui seseorang yang memiliki kesaktian yang tinggal di Utara, orang tersebut bernama Aki Garahang.

Aki Garahang adalah seorang pendeta Hindu bergelar Pandita Gunawisesa Wiku Trenggana.

Setelah bertemu Aki Garahang, kemudian pendil tersebut dipecahkan dengan sebuah Kujang sehingga terbelah menjadi dua.

Pendil yang terbelah dua itu, kemudian membentuk sebuah selokan (saluran air) dan kulah (kolam), kemudian selokan tersebut dinamakan Cipangbuangan sedangkan kulahnya dinamakan Pangbuangan.

Sebagai ungkapan terima kasih, kedua anak kembar itu pun memutuskan untuk mengabdi di Padepokan Aki Garahang sebelum melanjutkan perjalanan ke Majapahit.

Disclaimer: Itulah kisah awal cucu kembar Prabu Siliwangi yang dikutip dari Youtube Keramat Wali setelah berubah menjadi harimau. Simak cerita bagian (2) perjalanan cucu kembar itu hingga jadi pelindung Warga Panjalu.***

 

Editor: Fazriel Dhany

Sumber: Youtube Keramat Wali

Tags

Terkini

Terpopuler