Jalaksana, Tempat Perang Tanding Adipati Awangga dan Adipati Arya Kiban

18 Juli 2022, 14:40 WIB
Ilustrasi. Perang tanding di Jalaksana antara Adipati Awangga dengan Adipati Arya Kiban, atas perintah Prabu Cakraningrat /Fazriel Dhany/

KLIK CIAYUMAJAKUNING - Pada tahun 1482 Masehi, Syeh Syarif Hidayatulloh atau Sunan Gunung Jati, mengembangkan Islam di Jawa Barat dengan cara damai.

Sunan Gunung Jati merupakan pemimpin bagi Kesultanan Cirebon semenjak memisahkan diri dari Kerajaan Pajajaran.

Oleh sebab itu, kewajiban untuk memberikan upeti dan pajak kepada Kerajaan Pajajaran, tidak ada lagi.

Namun hal tersebut berbeda bagi wilayah Kuningan yang masih dianggap di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.

Baca Juga: Kisah Pertarungan Nyi Mas Gandasari Dengan Syekh Magelung Sakti yang Berakhir dengan Ini..

Kewajiban membayar upeti dan pajak masih harus diserahkan kepada kerajaan yang dipimpin Prabu Siliwangi tersebut.

Untuk penarikan pajak dan upeti dari Kuningan, Prabu Siliwangi mewakilkan kepada Prabu Cakraningrat dari Kerajaan Rajagaluh.

Kemudian, Prabu Cakraningrat mengutus patihnya yang bernama Adipati Arya Kiban ke Kuningan untuk mengambil upeti dan pajak.

Namun ternyata, Adipati Kuningan yang bernama Adipati Awangga menolak mentah-mentah, tidak mau membayar pajak dengan alasan bahwa Kuningan sekarang masuk wilayah Kesultanan Cirebon.

Baca Juga: Berkat Air Kendi Pertula, Nyi Mas Gandasari Memiliki Tubuh Yang Harum

Sebagai akibat dari penolakan itu, maka terjadilah perang tanding antara Adipati Awangga dan Adipati Arya Kiban.

Dalam perang tanding keduanya sama-sama memiliki kesaktian, kekuatannya seimbang sehingga perang tanding tidak ada yang kalah atau yang menang.

Tempat perang tanding sekarang dikenal sebagai Jalaksana, artinya jaya dalam melaksanakan tugas.

Perang tanding Adipati Arya Kiban dan Adipati Awangga, kemudian terdengar oleh Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: Misi Mencuri Jimat Bokor Mas Milik Prabu Cakraningrat, Menjadi Asal Usul Desa Hulubanteng

Sunan Gunung Jati kemudian mengutus anaknya Arya Kemuning yang dikenal sebagai Syeh Zainl Akbar alias Bratakalana untuk membantu Adipati Awangga dalam perang tanding tersebut.

Dengan bantuan Arya Kemuning akhirnya adipati Arya Kiban dapat dikalahkan.

Adipati Arya Kiban melarikan diri dan menghilang di daerah Pasawahan di sekitar Telaga Remis, sebagian prajuritnya ditahan dan sebagian lagi dapat meloloskan diri ke Rajagaluh.

Semenjak kejadian tersebut, Prabu Cakraningrat segera menghimpun kekuatan untuk memperkuat Kerajaan Rajagaluh.

Baca Juga: Kisah Nyi Mas Gandasari, Putri Raja Pasai Yang Dibesarkan Pangeran Walang Sungsang

Prabu Cakraningrat memanggil semua orang sakti kepercayaannya untuk menangkal serangan dari Kesultanan Cirebon.

Diantaranya, Arya Mangkubumi, Demang Jaga Patih, Demang Raksa Pura, dan dibantu oleh Patih Loa dan Dempu Awang keduanya berasal dari dataran China.

Serangan tersebut terkenal dengan hilangnya jimat sakti milik Prabu Cakraningrat yang dicuri Nyi Mas Gandasari.

Nyi Mas Gandasari merupakan panglima perang Kesultanan Cirebon yang menyamar untuk bisa mendekati Prabu Cakraningrat.

Dalam penyamaran tersebut, Nyi Mas Gandasari berhasil membawa kabur jimat Prabu Cakraningrat, dan Kerajaan Rajagaluh akhirnya takluk oleh prajurit Kesultanan Cirebon.***

Editor: Fazriel Dhany

Tags

Terkini

Terpopuler