Tak Ada Makanan, Monyet Liar Masuk Permukiman Warga

- 1 November 2022, 14:40 WIB
SULIT CARI MAKANAN. Monyet liar kian sulit mencari makanan dan membuatnya masuk ke permukiman warga.
SULIT CARI MAKANAN. Monyet liar kian sulit mencari makanan dan membuatnya masuk ke permukiman warga. /Ajeng Arundaya/

KLIK CIAYUMAJAKUNING- Kawanan monyet ekor panjang di kawasan hutan Plangon mulai sering keluar dari habitatnya. Keluarnya monyet ekor panjang dari kawasan hutan, disebabkan karena semakin sulitnya menemukan sumber makanan.

Kawanan binatang perimata (mamalia) itu, sebelumnya keluar hutan hanya di sekitar warung tempat parkir kendaraan dan jalan raya, akan tetapi saat ini binatang tersebut mulai menjelajah mencari makan di areal permukiman warga Kelurahan/ Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

Kepada Radar Cirebon, Salah satu warga Sumber, Parno (55) menyampaikan, saat monyet mulai berkeliaran di rumah warga artinya makanan di habitanya sudah sulit didapatkan. “Sebenarnya monyet ini tidak liar, tidak galak sampai menyerang warga. Tapi kalau pintu, jendela terbuka bisa masuk nyelonong seperti kucing cari makanan, makanya warga sini pada suka rela memberi makanan seperti pisang, kacang kulit,”ungkap Parno, 1 November 2022.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr H Edi Susanto MM, menuturkan, fenomena banyaknya satwa liar, khususnya monyet ekor panjang yang turun ke permukiman warga harus diwaspadai karena berpotensi munculnya penyakit zonosis. Sebab tidak menutup kemungkinan hewan liar tersebut membawa sumber penyakit yang bisa menular ke manusia.

Baca Juga: Soal Hasil Rekom TGIPF, Coach Budiyanto: Bukan Saatnya Bicara KLB, Tapi Fokus Bicara Prestasi

"Semakin hewan liar atau satwa langka itu banyak masuk ke permukiman dan dekat dengan manusia maka semakin besar juga risiko terhadap tertularnya penyakit zonosis," ungkap dr Edi.

Penyakit zonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan pada manusia atau sebaliknya. Sebagai contoh, monyet bisa mengidap penyakit TBC, yang bisa menular pada manusia. Kemudian burung liar bisa terinfeksi penyakit avian influenza, yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.

Dikatakannya, satwa liar yang masuk ke permukiman warga membawa ancaman penularan penyakit zoonosis. Baik itu emerging infectious disease (EID) maupun re-EID, penyakit yang sudah lama tidak ada, kemudian muncul kembali. Sehingga masyarakat harus waspada, jangan sampai melukai atau menyerang hewan tersebut selama tidak melukai atau membahayakan.

"Walau harus waspada, tapi jangan sampai mengganggu atau menyerang mereka. Takutnya malah satwa-satwa liar itu yang akan menyerang dengan membabi buta," imbuhnya.

Baca Juga: Lomba Mewarnai Bersama Frisian Flag Junio untuk Tingkat SD Wilayah Cirebon

Menurutnya, rusaknya lingkungan dan ekosistem satwa akan berpengaruh pula pada kesehatan manusia. Sebab banyaknya kasus satwa liar menyerbu permukiman penduduk,karena habitat mereka terancam baik oleh perburuan atau tempat tinggalnya yang terancam.

Untuk itu, masyarakat harus peduli terhadap satwa dengan menjaga lingkungannya. Apabila satwa diambil dari ekosistemnya, maka ada rantai makanan yang akan terputus. Kalaupun ada satwa liar yang menyerbu permukiman dan menyerang hewan ternak, bukan karena mereka kejam tapi karena kelangsungan hidupnya terancam.

"Masyarakat harus tetap melestarikan habitat satwa yang memang semakin lama kian terancam. Ini jadi perhatian semua pihak, agar keberadaan satwa liar tetap hidup di habitatnya dan tidak kekurangan makanan,"tandasnya.***

Editor: Ajeng Arundaya

Sumber: Reportase


Tags

Terkait

Terkini

x