Soal Peserta Open Bidding Sekda, Imron Akui Semua Kenal

- 10 Agustus 2022, 13:09 WIB
Bupati dan Wakil Bupati Cirebon hadiri pencanangan bulan imunisasi anak nasional (BIAN) tahun 2022 di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon
Bupati dan Wakil Bupati Cirebon hadiri pencanangan bulan imunisasi anak nasional (BIAN) tahun 2022 di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon /

KLIK CIAYUMAJAKUNING- Seleksi terbuka jabatan tinggi pratama Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon masih menjadi sorotan banyak pihak. Banyak yang beranggapan bahwa seleksi tersebut sudah di desain karena sudah ada putra mahkota bupati. Pasalnya minat peserta hanya sedikit untuk ikut kompetisi tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Cirebon, H Imron membenarkan bahwa ada orang dekat dengan dirinya. Bahkan ia menyebut semua peserta yang mengikuti seleksi terbuka jabatan tinggi pratama Sekretaris Daerah orang dekatnya.

"Para peserta itu orang dekat saya. Semuanya saya kenal, mulai eselon II dan III saya kenal semuanya," kata Imron usai menghadiri pencanangan bulan imunisasi anak nasional (BIAN) tahun 2022 di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Selasa (9/8).

Imron mengungkapkan, bahwa dalam pelaksanaan seleksi terbuka Sekda ini sudah ditempuh secara terbuka. Pasalnya di dalamnya terdapat panitia seleksi (Pansel) yang memang benar-benar bekerja secara profesional.

"Ada sistem yang harus ditempuh, maka ikuti permainan yang sudah di design ini. Saya juga belum ketemu sama tim penilainya," ucapnya.

Terkait tudingan adanya intervensi, Bupati Imron membantahnya, jika ia telah menintervensi kepada pansel pada seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi pratama Sekda. "Tidak ada intervensi, semua mengikuti, mulai dari pendaftaran sampai sekarang kalau tidak salah tahapan wawancara," katanya.

Disinggung keharmonisan antara dirinya dengan Wakil Bupati, Hj Wahyu Tjiptaningsih, Imron menjelaskan, hingga saat ini dirinya masih menjalin hubungan baik dengan orang nomor dua di Kabupaten Cirebon. "Kami masih berkomunikasi dengan baik sama Ibu Ayu, lihat saja sekarang," ucapnya. 

Sementara, Ketua DPD PKS Kabupaten Cirebon, H Junaedi turut mengomentari gonjang ganjing proses seleksi Sekda. Menurutnya, dengan munculnya isu “putra mahkota” yang sudah bergulir menjadi blunder tersendiri bagi Bupati Cirebon, H Imron. 

Artinya, lanjut dia, publik akan sulit percaya bahwa seleksi terbuka Sekda menghasilkan putra terbaik. Hal itu pula menurut Junaedi, karena apa yang diawali oleh Bupati Cirebon dianggap salah. Mulai dari penurunan Sekda sebelumnya.

“Ini blunder buat Pak Bupati. Menurut saya, apa yang ditabur bupati, itu yang dia tuai. Artinya, bupati sudah mengawali dengan adanya pergantian Sekda, Rahmat Sutrisno. Pergantiannya itu tidak jelas dasar argumentasinya,” ujar Junaedi.

Harusnya, lanjut dia, ada penjelasan kenapa seorang Sekda diturunkan dari eselon II a ke eselon II b. Sebab menurutnya, meskipun sama-sama jabatan tinggi pratama tetap saja berbeda.

“Meskipun sama-sama jabatan tinggi pratama, tapi dari Sekda ke kepala badan, kan dianggap one prestasi. Dianggap ada tugas-tugas atau komitmen yang tidak tercapai. Itulah asumsi umumnya,” kata Junaedi. 

Terkait hal itu, menurut dia, semua itu tidak dijelaskan. Padahal pihaknya sampai dua kali meminta penjelasan dalam rapat kerja. Tetapi tidak pernah mendapat jawaban dari pihak eksekutif.

“Publik pun akhirnya berasumsi bahwa ada perencanaan bupati menempatkan seseorang menjadi Sekda. Itulah yang disebut-sebut dengan adanya by design posisi Sekda untuk putra mahkota,” ungkapnya. 

Bahkan, kata dia, jogregannya gampang ditebak oleh para pejabat, sehingga sepi peminat karena malas untuk mendaftar, sebab asumsinya sudah jelas siapa yang nanti akan terpilih untuk menempati posisi Sekda. 

Meskipun ketika ditanyakan alasan dilakukannya pergantian, demi adanya perbaikan lantaran menganggap Sekda lama tidak maksimal, menurut dia, perubahan itu dimulai dari pucuk pimpinan ASN.

“Tapi karena tidak elegan, jadinya blunder. Yang muncul, justru pesimistis publik adanya perbaikan birokrasi,” katanya. 

Tentu berbeda, ketika strategi yang dijalankan berangkatnya dari langkah profesional, elegan dan sesuai aturan. Publik pun akan merasa teryakinkan sehingga yang terbangun optimisme publik. Kendati demikian, pria berkacama itu menilai kurang elok ketika bupati dan wakilnya, saling berebut. Padahal, keduanya berasal dari bendera yang sama.

“Kalau membaca dari statment-statment publiknya itu, saya melihatnya kok kurang elok ya,” ujarnya. (*)

Editor: M. Kemal


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x