Jamasan Ritual Merawat Benda Pusaka di Keraton Kasepuhan

- 1 Agustus 2022, 14:04 WIB
Ritual pencucian benda pusaka yang dilakukan oleh kerabat Keraton Kasepuhan, dalam upaya pelestarian benda bersejarah
Ritual pencucian benda pusaka yang dilakukan oleh kerabat Keraton Kasepuhan, dalam upaya pelestarian benda bersejarah /M Kemal

KLIK CIAYUMAJAKUNING - Setiap tanggal 1 Muharram, banyak kegiatan tradisi dan budaya di Pulau Jawa.

Keraton Kasepuhan Kota Cirebon memiliki tradisi untuk merawat benda-benda pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati.

Tradisi tersebut dikenal dengan nama Jamasan, yang berarti merawat.

Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Cirebon Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat Minggu 31 Juli 2022 mengatakan, kegiatan ini dilakukan oleh para Abdi Dalem Keraton Kesepuhan.

Baca Juga: Partai Gelora Indonesia Pekan Ini akan Daftar ke KPU Sebagai Peserta Pemilu 2024, Ini Pesan Anis Matta

Mengingat pusaka yang akan dirawat ini mencapai ratusan, maka Jamasan dilakukan dalam waktu 10 hari.

"Keraton Kesepuhan menggelar Jamasan ini setahun sekali pada 1 Muharram. Benda-benda pusaka ada banyak, sehingga kami perlu waktu untuk membersihkannya selama 10 hari," katanya.

Pada hari ke-5, Jamasan khusus dilakukan untuk kereta singa barong atau kereta naga paksi.

"Nanti di hari ke lima Jamasan kereta singa barong, baik yang asli maupun yang duplikat," ujarnya.

Baca Juga: Ruri Resmi Jabat Ketua DPRD Kota Cirebon

Pusaka yang dibersihkan, tidak secara acak dipilih, melainkan diruntut sesuai dengan tahun ditemukannya, mulai dari pusaka keris, tombak, dan masih banyak lagi.

"Hampir semuanya, kecuali peti dan keramik. Ini yang dicuci benda-benda logam yang bisa berkarat," ungkapnya.

Makna tradisi Jamasan lanjut Alexandra merupakan bentuk pelestarian budaya, sebagai upaya merawat benda-benda pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati agar tidak rusak.

Baca Juga: Agung Laksono Restui Ketua DPRD Kabupaten Indramayu Nyabub 2024

"Ini adalah salah satu cara pelestarian, merawat peninggalan leluhur yang memang harus dilestarikan," tukasnya.

Tahun ini, tradisi Jamasan berlangsung ramai tidak hanya dihadiri oleh keluarga Keraton Kasepuhan, ada pula tamu wisatawan yang ikut mendokumentasikan kegiatan tersebut.

"Mencuci sejumlah pusaka membutuhkan waktu yang cukup lama, pertama direndam dulu, lalu digosok dengan jeruk nipis, lalu dicuci, dan di jemur, agar terlihat bersih, dan tidak terlihat berkarat," kataya.

Baca Juga: Patric Gil Ternyata Mengidolakan Sosok Legenda Lazio yang Satu Ini

Dalam satu hari, belasan pusaka lebih dahulu dikeluarkan dari etalase yang berada di Museum Pusaka di Keraton Kasepuhan.

"Karena banyak, jadi perlu waktu. Satu persatu benda pusaka yang berada di Museum Pusaka dikeluarkan, lalu dicuci," ujarnya.

Bahan yang digunakan untuk mencuci pusaka mulai dari jeruk nipis, air kelapa, air kembang 7 rupa, dan sejumlah minyak anti karat.

Baca Juga: Pembangunan Wisata Cikabon Kabupaten Cirebon Tunggu Perizinan

"Pertama direndam dahulu didalam air kelapa selama 15 menit, lalu digosok menggunakan jeruk nipis, lalu di sikat, lalu dicuci dengan air mawar.

Setelah itu dikeringkan dan jemur selama setengah hari, setelah kering lalu diolesi minyak anti karat," ungkapnya.

Masih dikatakannya, ada lima jenis minyak yang dioleskan sebelum pusaka dimasukan ke dalam etalase.

"Ada minyak mawar, minyak melati, minyak cendana, minyak singer dan masih banyak lagi, gunanya untuk menjaga pusaka agar tidak berkarat," pungkasnya.***

Editor: M. Kemal

Sumber: Reportase


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah